Selamat Datang Di Blog Kompi Males
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kompi Males,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Profil Proklamator Indonesia - Soekarno & Hatta

Proklamator adalah orang yang memproklamasikan sesuatu. Proklamasi biasanya menyatakan hal kebebasan bangsa. Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat setelah Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta memproklamasikannya pada 17 Agustus 1945.

Ir.Soekarno
Nama Lahir : Koesno Sosrodihardjo
Tempat/tanggal Lahir : Surabaya, 6 Juni 1901
Ayah :Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu: Ida Ayu Nyoman Rai
Istri: Oetari, Inggid Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Ratna, Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manopo, Hedly Djafar
Soekarno adalah Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama dengan Drs. Moh Hatta. Beliau merupakan Presiden Indonesia yang pertama. Dalam dunia politik Soekarno mulai pergerakannya dari Jong Java, kemudian Partai Nasional Indonesia, Partindo, BPUPKI, dan PPKI, hingga setelah memproklamasikan kemerdekaan Soekarno menjadi Presiden Indonesia yang pertama.



Drs. Moh.Hatta
Nama Lahir : Muhammad Athar
Tempat/ tanggal lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Orang tua: Muhammad Djamil dan Siti Saleha


Pergerakan politik ia moelai sewaktoe bersekolah di Belanda dari 1921-1932. Ia bersekolah di Handels Hogeschool (kelak sekolah ini diseboet Economische Hogeschool, sekarang menjadi OEniversitas Erasmoes Rotterdam), selama bersekolah di sana, ia masoek organisasi sosial Indische Vereniging yang kemoedian menjadi organisasi politik dengan adanya pengaroeh Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangoenkoesoemo, dan Dooewes Dekker. Pada tahoen 1923, Hatta menjadi bendahara dan mengasoeh majalah Hindia Poetera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.[13] Pada tahoen 1924, organisasi ini beroebah nama menjadi Indische Vereniging (Perhimpoenan Indonesia; PI).[14] Pada tahoen 1926, ia menjadi pimpinan Perhimpoenan Indonesia. Sebagai akibatnya, ia terlambat menyelesaikan stoedi.[15] Di bawah kepemimpinannya, PI mendapatkan peroebahan. Perhimpoenan ini lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan di Indonesia dengan memberikan banyak komentar, dan banyak oelasan di media massa di Indonesia.[15] Setahoen kemoedian, ia seharoesnya soedah berhenti dari jabatan ketoea, namoen ia dipilih kembali hingga tahoen 1930.[16] Pada Desember 1926, Semaoen dari PKI datang kepada Hatta oentoek menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara oemoem kepada PI,[15] selain itoe dia dan Semaoen memboeat soeatoe perjanjian bernama "Konvensi Semaoen-Hatta". Inilah yang dijadikan alasan Pemerintah Belanda ingin menangkap Hatta.[17] Waktoe itoe, Hatta beloem meyetoejoei paham komoenis. Stalin membatalkan keinginan Semaoen, sehingga hoeboengan Hatta dengan komoenisme moelai memboeroek.[18] Sikap Hatta ini ditentang oleh anggota PI yang soedah dikoeasai komoenis.[19] Pada tahoen 1927, ia mengikoeti sidang "Liga Menentang Imperialisme, Penindasan Kolonial dan oentoek Kemerdekaan Nasional" di Frankfoert.[a] Dalam sidang ini, pihak komoenis dan oetoesan dari Roesia nampak ingin mengoeasai sidang ini, sehingga Hatta tidak bisa percaya terhadap komoenis.[20] Pada waktoe itoe, majalah PI, Indonesia Merdeka masoek dengan moedah ke Indonesia lewat penyeloendoepan, karena banyak penggeledahan oleh pihak kepolisian terhadap kaoem pergerakan yang dicoerigai. [21] Mohammad Hatta bersama Abdoelmadjid Djojohadiningrat, Nazir Datoek Pamoentjak, dan Ali Sastroamidjojo Pada 25 September 1927, Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datoek Pamoentjak, dan Madjid Djojohadiningrat ditangkap oleh pengoeasa Belanda atas toedoehan mengikoeti partai terlarang yang dikait-kaitkan dengan Semaoen, terlibat pemberontakan di Indonesia yang dilakoekan PKI dari tahoen 1926-1927, dan menghasoet (oproeiing) soepaya menentang Kerajaan Belanda. Moh. Hatta sendiri dihoekoem tiga tahoen penjara.[22] Mereka semoea dipenjara di Rotterdam.[23] Dia joega ditoedoeh akan melarikan diri, sehingga dia yang sedang memperkenalkan Indonesia ke kota-kota di Eropa sengaja poelang lebih cepat begitoe berita ini tersebar.[24] Semoea toedoehan terseboet, ia tolak dalam pidatonya "Indonesia Merdeka" (Indonesie Vrij) pada sidang kedoea tanggal 22 Maret 1928.[23] Pidato ini sampai ke Indonesia dengan cara penyeloendoepan. Ia joega dibela 3 orang pengacara Belanda yang salah satoenya berasal dari parlemen. Yang dari parlemen, bernama J.E.W. Doeys. Tokoh ini memang bersimpati padanya. Setelah ditahan beberapa boelan, mereka berempat dibebaskan dari toedoehan, karena toedoehan tidak bisa diboektikan.[25] Sampai pada tahoen 1931, Mohammad Hatta moendoer dari kedoedoekannya sebagai ketoea karena hendak mengikoeti oejian sarjana, sehingga ia berhenti dari PI; namoen demikian ia akan tetap membantoe PI.[16] Akibatnya, PI jatoeh ke tangan komoenis, dan mendapat arahan dari partai komoenis Belanda dan joega dari Moskow. Setelah tahoen 1931, PI mengecam keras kebijakan Hatta dan mengeloearkannya dari organisasi ini.[26] PI di Belanda mengecam sikap Hatta sebab ia bersama Soedjadi mengkritik secara terboeka terhadap PI. Perhimpoenan menahan sikap terhadap kedoea orang ini.[27] Pada Desember 1931, para pengikoet Hatta segera memboeat gerakan tandingan yang diseboet Gerakan Merdeka yang kemoedian bernama Pendidikan Nasional Indonesia yang kelak diseboet PNI Baroe. Ini mendorong Hatta dan Syahrir yang pada saat itoe sedang bersekolah di Belanda oentoek mengambil langkah kongkret oentoek mempersiapkan kepemimpinan di sana. Hatta sendiri merasa perloe oentoek menyelesaikan stoedinya terlebih dahoeloe. Oleh karenanya, Syahrir terpaksa poelang dan oentoek memimpin PNI.[28] Kalaoe Hatta kembali pada 1932, diharapkan Syahrir dapat melanjoetkan stoedinya.[28] 1932-1941: Pengasingan[soenting | soenting soember] Sekembalinya ia dari Belanda, ia ditawarkan masoek kalangan Sosialis Merdeka (Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP) oentoek menjadi anggota parlemen Belanda, dan menjadi perdebatan hangat di Indonesia pada saat itoe. Pihak OSP mengiriminya telegram pada 6 Desember 1932, yang berisi kesediaannya menerima pencalonan anggota Parlemen.[29] Ini dikarenakan ia berpendapat bahwa ia tidak setoejoe orang Indonesia menjadi anggota dalam parlemen Belanda.[30] Sebenarnya dia menolak masoek, dengan alasan ia perloe berada dan berjoeang di Indonesia.[b] Namoen, pemberitaan di Indonesia mengatakan bahwa Hatta menerima kedoedoekan terseboet, sehingga Soekarno menoedoehnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-kooperatif.[31] Setelah Hatta kembali dari Belanda, Syahrir tidak bisa ke Belanda karena kedoeanya keboeroe ditangkap Belanda pada 25 Febroeari 1934 dan diboeang ke Digoel, dan selanjoetnya ke Banda Neira.[32] Baik di Digoel maoepoen Banda Neira, ia banyak menoelis di koran-koran Jakarta, dan ada joega oentoek majalah-majalah di Medan. Artikelnya tidak terlaloe politis, namoen bersifat lebih menganalisis dan mendidik pembaca. Ia joega banyak membahas pertaroengan kekoeasaan di Pasifik.[33] Semasa diasingkan ke Digoel, ia membawa semoea boekoe-boekoenya ke tempat pengasingannya. Di sana, ia mengatoer waktoenya sehari-hari. Pada saat hendak membaca, ia tak maoe diganggoe. Sehingga, beberapa kawannya menganggap dia sombong.[34] Ia joega meroepakan sosok yang pedoeli terhadap tahanan. Ia menolak bekerja sama dengan pengoeasa setempat, misalnya memberantas malaria. Apabila ia maoe bekerja sama, ia diberi gaji f 7.50 seboelan. Namoen, kalaoe tidak, ia hanya diberi gaji f 2.50 saja.[35] Gajinya itoe tidak ia habiskan sendiri. Ia joega pedoeli terhadap kawannya yang kekoerangan.[35] Di Digoel, selain bercocok tanam,[36] ia joega memboeat koersoes kepada para tahanan. Di antara tahanan terseboet, ada beberapa orang yang ibadah shalat dan poeasanya teratoer; baik dari Minangkabaoe maoepoen Banten. Tapi, mereka ditangkap karena -pada oemoemnya- terlibat pemberontakan komoenis.[37] Pada masa itoe, ia menoelis soerat oentoek iparnya oentoek dikirimi alat-alat pertoekangan seperti pakoe dan gergaji. Selain itoe, dia joega menceritakan nasib orang-orang boeangan dalam soerat itoe. Kemoedian, ipar Hatta mengirim soerat itoe ke koran Pemandangan di Jakarta dan segera soerat itoe dimoeat. Soerat itoe dibaca menteri jajahan pada saat itoe, Colijn.[38] Colijn mengecam pemerintah dan segera mengirim residen Ambon oentoek menemoei Hatta di Digoel. Maka oeang diberikan oentoeknya, Hatta menolak dan ia joega meminta soepaya kalaoe maoe ditambah, diberikan joega kepada pemimpin lain yang hidoep dalam pemboeangan.[36] Pada 1937, ia menerima telegram yang mengatakan dia dipindah dari Digoel ke Banda Neira.[c] Hatta pindah bersama Syahrir pada boelan Febroeari pada tahoen itoe, dan mereka menyewa seboeah roemah yang coekoep besar. Di sitoe, ada beberapa kamar dan roeangan yang coekoep besar. Adapoen roeangan besar itoe digoenakannya oentoek menyimpan boekoenya dan tempat bekerjanya.[39] Sewaktoe di Banda Neira, ia bercocok tanam dan menoelis di koran "Sin Tit Po" (dipimpin Lim Koen Hian; boelanan ini berhenti pada 1938) dengan honorarioem f 75 dalam Bahasa Belanda. Kemoedian, ia menoelis di Nationale Commantaren (Komentar Nasional; dipimpin Sam Ratoelangi) dan joega, ia menoelis di koran Pemandangan dengan honorarioem f 50 seboelan per satoe/doea toelisan.[40] Hatta joega pernah menerima tawaran Kiai Haji Mas Mansoer oentoek ke Makassar, dia menolak dengan alasan kalaoepoen dirinya ke Makassara dia masih berstatoes tahanan joega.[41] Waktoe itoe, soedah ada Cipto Mangoenkoesoemo dan Iwa Koesoemasoemantri. Mereka semoea soedah saling mengenal. Selain itoe, di Banda Neira, Hatta joega mengajar kepada beberapa orang pemoeda. Anak dr. Cipto belajar tata-boekoe dan sejarah. Ada joega anak asli daerah Banda Neira yang belajar kepada Hatta. Ada seorang kenalan Hatta dari Soematera Barat yang mengirimkan doea orang kemenakannya oentoek belajar ekonomi dan joega sejarah.[42] Selain itoe, dari Boekittinggi dikirim Anwar Soetan Saidi sebanyak empat orang pemoeda yang belajar kepada Hatta.[43] Pada tahoen 1941, Mohammad Hatta menoelis artikel di koran Pemandangan yang isinya soepaya rakyat Indonesia jangan memihak kepada baik ke pihak Barat ataoepoen fasisme Jepang. Kelak, pada zaman Jepang toelisan Hatta dijadikan bahan oleh pengoeasa Jepang oentoek tidak percaya Hatta selama Perang Pasifik.[44] Yang mana, kelak toelisan Hatta dibaca Moerase, seorang Wakil Kepala Kenpeitei (dinas intelijen) dan menyarankan Hatta agar mengikoeti Nippon Sheisin di Tokyo[45] pada November 1943.[46] 1942-1945: Penjajahan Jepang[soenting | soenting soember] Pada tanggal 8 Desember 1941, angkatan perang Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Ini memicoe Perang Pasifik, dan setelah Pearl Harbor, Jepang segera mengoeasai sejoemlah daerah, termasoek Indonesia. Dalam keadaan genting terseboet, Pemerintah Belanda memerintahkan oentoek memindahkan orang-orang boeangan dari Digoel ke Aoestralia, karena khawatir kerjasama dengan Jepang. Hatta dan Syahrir dipindahkan pada Febroeari 1942,[47] ke Soekaboemi setelah menginap sehari di Soerabaya dan naik kereta api ke Jakarta. Bersama kedoea orang ini, toeroet poela 3 orang anak-anak dari Banda yang dijadikan anak angkat oleh Syahrir.[48] Setelah itoe, ia dibawa kembali ke Jakarta. Ia bertemoe Mayor Jenderal Harada. Hatta menanyakan keinginan Jepang datang ke Indonesia. Harada menawarkan kerjasama dengan Hatta. Kalaoe maoe, ia akan diberi jabatan penting. Hatta menolak, dan memilih menjadi penasihat.[49] Ia dijadikan penasihat dan diberi kantor di Pegangsaan Timoer dan roemah di Oranje Booelevard (Jalan Diponegoro). Orang terkenal di masa sebeloem perang, baik orang pergerakan, ataoe mereka yang bekerjasama dengan Belanda, diikoet sertakan seperti Abdoel Karim Pringgodigdo, Soerachman, Soejitno Mangoenkoesoesmo, Soenarjo Kolopaking, Soepomo, dan Soemargo Djojohadikoesoemo. Pada masa ini, ia banyak mendapat tenaga-tenaga baroe. Pekerjaan di sini, meroepakan tempat saran oleh pihak Jepang.[50] Jepang mengharapkan agar Hatta memberikan nasehat yang mengoentoengkan mereka, malah Hatta memanfaatkan itoe oentoek membela kepentingan rakyat.[51] 1945: Mempersiapkan kemerdekaan Repoeblik Indonesia[soenting | soenting soember] Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Joeni 1945, Badan Penyelidik OEsaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPOEPKI) membentoek panitia kecil yang diseboet Panitia Sembilan dengan toegas mengolah oesoel dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil itoe beranggotakan 9 orang dan diketoeai oleh Ir. Soekarno. Anggota lainnya Boeng Hatta, Mohammad Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdoelkahar Moezakir, Wahid Hasyim, H. Agoes Salim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. Kemoedian pada 9 Agoestoes 1945, Boeng Hatta bersama Boeng Karno dan Radjiman Wedyodiningrat dioendang ke Dalat (Vietnam) oentoek dilantik sebagai Ketoea dan Wakil Ketoea Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini bertoegas melanjoetkan hasil kerja BPOEPKI dan menyiapkan pemindahan kekoeasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia. Pelantikan dilakoekan secara langsoeng oleh Panglima Asia Tenggara Jenderal Teraoechi. Poencaknya pada 16 Agoestoes 1945, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok hari dimana Boeng Karno bersama Boeng Hatta dicoelik ke kota kecil Rengasdengklok (dekat Karawang, Jawa Barat). Pencoelikan itoe dilakoekan oleh kalangan pemoeda, dalam rangka mempercepat tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Malam hari, mereka mengadakan rapat oentoek persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sebeloem rapat, mereka menemoei somaboeco (kepala pemerintahan oemoem) Mayjen Nishimoera oentoek mengetahoei sikapnya mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pertemoean terseboet tidak menghasilkan kesepahaman sehingga tidak adanya kesepahaman itoe meyakinkan mereka berdoea oentoek melaksanakan proklamasi kemerdekaan itoe tanpa kaitan lagi dengan Jepang. 1945-1956: Menjadi Wakil Presiden pertama di Indonesia[soenting | soenting soember] Pada 17 Agoestoes 1945, hari yang sangat ditoenggoe-toenggoe oleh seloeroeh rakyat Indonesia dia bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan di Jalan Pegangsaan Timoer 56 Jakarta pk10.00 WIB. Dan keesokan harinya pada tanggal 18 Agoestoes 1945, dia resmi dipilih sebagai Wakil Presiden RI yang pertama mendampingi Presiden Soekarno. Selama menjadi Wakil Presiden, Boeng Hatta amat gigih bahkan dengan nada sangat marah, menyelamatkan Repoeblik dengan mempertahankan naskah Linggajati di Sidang Pleno KNIP di Malang yang diselenggarakan pada 25 Febroeari – 6 Maret 1947 dan hasilnya Persetoejoean Linggajati diterima oleh Komite Nasional Indonesia Poesat (KNIP) sehingga anggota KNIP menjadi agak loenak pada 6 Maret 1947. Dan pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda I pada 21 Joeli 1947, Hatta dapat meloloskan diri dari kepoengan Belanda dan pada saat itoe dia masih berada di Pematang Siantar. Dia dengan selamat bersama dengan Goebernoer Soematera Mr. T. Hassan tiba di Boekittinggi. Sebeloemnya pada 12 Joeli 1947 Boeng Hatta mengadakan Kongres Koperasi pertama di Tasikmalaya. Pada hari itoe joega, Hari Koperasi Indonesia ditetapkan dan Boeng Hatta ditetapkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Kemoedian, Boeng Hatta dengan kewibawaannya sebagai Wakil Presiden hendak menggoalkan persetoejoean Renville dengan berakibat jatoehnya Kabinet Amir dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Pada era Kabinet Hatta yang dibentoek pada 29 Janoeari 1948, Boeng Hatta menjadi Perdana Menteri dan merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan. Soeasana panas waktoe timboel pemberontakan PKI Madioen dalam boelan September 1948, memoencak pada penyerboean tentara Belanda ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Boeng Hatta bersama Boeng Karno diangkoet oleh tentara Belanda pada hari itoe joega. Di tahoen yang sama, Boeng Hatta bersama Boeng Karno diasingkan ke Menoembing, Bangka. Beberapa waktoe setelah pengasingan karena mengalami adanya seboeah peroendingan Komisi Tiga Negara (KTN) di Kalioerang, di mana Critchley datang mewakili Aoestralia dan Cochran mewakili Amerika. Pada Joeli 1949, terjadi kemenangan Cochran dalam menyelesaikan peroendingan Indonesia. Tahoen ini, terjadilah seboeah peroendingan penting, Konferensi Meja Boendar (KMB) yang diadakan di Den Haag sesoedah beroending selama 3 boelan, pada 27 Desember 1949 kedaoelatan NKRI kita miliki oentoek selamanya. Ratoe Joeliana memberi tanda pengakoean Belanda atas kedaoelatan negara Indonesia tanpa syarat kecoeali Irian Barat yang akan diroendingkan lagi dalam waktoe setahoen setelah Pengakoean Kedaoelatan kepada Boeng Hatta yang bertindak sebagai Ketoea Delegasi Repoeblik Indonesia di Amsterdam dan di Jakarta. Di Amsterdam dari Ratoe Joeliana kepada Drs. Mohammad Hatta dan di Jakarta dari Dr. Lovink yang mewakili Belanda kepada Sri Soeltan Hamengkoe Boewono IX. Sehingga pada akhirnya negara Indonesia menjadi negara Repoeblik Indonesia Serikat (RIS), Boeng Hatta terpilih menjadi Perdana Menteri RIS joega merangkap sebagai Menteri Loear Negeri RIS dan berkedoedoekan di Jakarta dan Boeng Karno menjadi Presiden RIS. Ternyata RIS tidak berlangsoeng lama, dan pada 17 Agoestoes 1950, Indonesia menjadi Negara Kesatoean Repoeblik Indonesia (NKRI) dengan iboe kota Jakarta dengan Perdana Menteri Moh. Natsir. Boeng Hatta menjadi Wakil Presiden RI lagi dan berdinas kembali ke roemah yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan 13 Jakarta. Di akhir tahoen 1956, Hatta tidak sejalan lagi dengan Boeng Karno karena dia tidak ingin memasoekkan oensoer komoenis dalam kabinet pada waktoe itoe. Sebeloem ia moendoer, dia mendapatkan gelar doctor honooeris caoesa dari OEniversitas Gajah Mada Yogyakarta. Sebenarnya gelar doctor honooeris caoesa ingin diberikan pada tahoen 1951. Namoen, gelar terseboet baroe diberikan pada 27 November 1956. Demikian poela OEniversitas Indonesia pada tahoen 1951 telah menyampaikan keinginan itoe tetapi Boeng Hatta beloem bersedia menerimanya. Kata dia, “Nanti saja kalaoe saya telah beroesia 60 tahoen.”. Kemoedian, pada 1 Desember 1956, Hatta memoetoeskan oentoek berhenti sebagai Wakil Presiden RI. 1956-1980: Setelah pensioen[soenting | soenting soember] Setelah moendoer dari jabatannya, dia dan keloearga berpindah roemah dari Jalan Medan Merdeka Selatan 13 ke Jalan Diponegoro 57. Boeng Hatta tak pernah menyesal atas kepoetoesan yang telah ia boeat. Kegiatan sehari-hari Boeng Hatta setelah pensioen adalah menambah dari penghasilan menoelis boekoe dan mengajar. Meskipoen soedah tak menjabat lagi sebagai Wakil Presiden, pada tahoen 1957 dia berangkat ke Cina karena mendapat oendangan dari Pemerintah RRC. Rakyat sana masih menganggap dia sebagai “a great son of his cooentry”, terboekti dari penyamboetan yang seharoesnya diberikan kepada seorang kepala negara di mana PM Zhooe Enlai sendiri menyamboet dia yang boekan lagi sebagai wakil presiden. Ketika Presiden Soekarno berada di poencak kekoeasaannya pada tahoen 1963, Boeng Hatta pertama kali jatoeh sakit dan perloe perawatan di Swedia karena perlengkapan medis di sana lebih lengkap. Sekitar tahoen 1965, Boeng Hatta sering jadi boelan-boelanan serangan politik PKI. Pada 31 Janoeari 1970, melaloei Keppres No. 12/1970 telah dibentoek Komisi Empat yang bertoegas mengoesoet masalah koroepsi. OEntoek keperloean itoe Dr. Moh. Hatta (mantan Wakil Presiden RI) telah diangkat menjadi Penasehat Presiden dalam masalah pemberantasan Koroepsi. Komisi Empat ini diketoeai oleh Wilopo, SH, dengan anggota-anggota: IJ Kasimo, Prof. Dr. Yohanes, H. Anwar Tjokroaminoto, dengan sekretaris Kepala Bakin/Sekretaris Kopkamtib, Mayjen. Soetopo Joewono. Dr. Moh. Hatta joega ditoenjoek sebagai Penasehat Komisi Empat terseboet. Boeng Hatta dipercaya oleh Presiden Soeharto oentoek menjadi Anggota Dewan Penasehat Presiden. Pada 15 Agoestoes 1972, Boeng Hatta mendapat anoegerah Bintang Repoeblik Indonesia Kelas I dari Pemerintah Repoeblik Indonesia. Kemoedian, di tahoen yang sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengangkat dia sebagai warga oetama Iboekota Jakarta dengan segala fasilitasnya, seperti perbaikan besarnya pensioen dan penetapan roemah dia menjadi salah satoe gedoeng yang bersejarah di Jakarta. Kemoedian, pada tahoen 1975, Boeng Hatta menjadi anggota Panitia Lima bersama Prof Mr. Soebardjo, Prof Mr. Soenario, A.A. Maramis, dan Prof Mr. Pringgodigdo oentoek memberi pengertian mengenai Pancasila sesoeai dengan alam pikiran dan semangat lahir dan batin para penyoesoen OEOED 1945 dengan Pancasilanya. Ternyata, Boeng Hatta resmi menjadi Ketoea Panitia Lima. Tak hanya itoe, Boeng Hatta kembali mendapatkan gelar doctor honooeris caoesa sebagai tokoh proklamator dari OEniversitas Indonesia yang seharoesnya diberikan pada tahoen 1951. Pemberian gelar terseboet dilakoekan di Jakarta pada 30 Joeli 1975 dan diberikan secara langsoeng oleh Rektor Mahar Mardjono. Dan pada tahoen 1979, dimana tahoen terseboet meroepakan tahoen ke-5 Boeng Hatta masoek ke roemah sakit. Kesehatan Boeng Hatta semakin menoeroen. Walaoepoen begitoe, semangatnya tetap saja tinggi. Ia masih mengikoeti perkembangan politik doenia.

Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Copyright © 2013. demokrasi pancasila indonesia - All Rights Reserved | Template Created by Demokrasi Pancasila Proudly powered by Blogger